Cerita Sex - Linda si sekretaris dan Anne yang foto model

Mei Linda atau Linda selalu menangani urusan dinas Mr. Lie, selayaknya secretaris, tangan kanan atau kepercayaannya. Profilnya yang kuning dengan darah keturunan Chinese memang kelihatan seperti putri atau cucunya sendiri. Tapi mereka tidak memiliki hubungan darah keluarga sama sekali.
Dalam salah satu bidang kerjaanku yang berhubungan dengan Mr. Lie, aku selalu melewati Linda. Saat ini, aku membutuhkan Mr. Lie untuk investasi di lahan kosong di Malang. Aku telah menjadi mediator bagi kedua pihak, sekarang tugasku hanya tinggal menemukan kedua pihak untuk final negosiasi, lalu ke notaris.

Tapi saat ini Mr. Lie sangat sulit sekali ditemui. Alasan Linda, Mr. Lie sedang sering tidak di Jakarta, jadi sangat sangat jarang bisa bertemu.
Dalam bulan kelima dalam usahaku di minggu ini, sore menjelang malam ke kantor Mr. Lie. Linda masih ada di dalam, sedang sibuk dengan laptop didepannya, dan PC layar lebar di kirinya.

- Evening Miss Linda - sapaku
- Belum pulang ? - basa basiku.
- Hi, please take a seat, and make yourself comfort. - balasnya ramah.

Dalam perbincangan kami, Linda selalu berusaha meyakinkanku tuk menunggu sampai beberapa hari lagi. Seperti yang sudah sudah. Aku sudah mulai jenuh dengan kegiatanku yang satu ini, paling lama resultnya, tapi sdh banyak bikin capai kepala.
Menjelang akhir pembicaraan, Linda menutup laptop dan mematikan layar komputer yang dari tadi terus menginformasikan angka dan grafik foreign exchange. Sambil tersenyum, Linda bertanya

- Bagaimana kalau kita akhiri pertemuan kita, besok kukabari lagi begitu ada kabar bagus ?
- Baik, sebelum sampai rumah masing2 bagaimana kalau kita makan malam bersama dahulu - tanyaku basa basi
- Ow, bagus, I love sate or bakso at Kebayoran. Kita ke sana ?
- Okay - tak ada salahnya menemani Linda makan malam.

Dengan tambah lebar senyumnya, semakin terlihat cantik paras kuning dengan mata sipitnya yang seolah menyembunyikan pupil indahnya itu. Busananya terlihat anggun, dengan postur tubuh yang tinggi Linda berdiri menyambar tasnya dan memutari meja keluar, terlihat lututnya yang kuning putih itu terlihat bagus, dengan betis indahnya melangkah keluar pintu. Ditunggunya aku melewati pintu kantor, ia melambai kekaryawannya tuk pamitan. Harum wangi rambutnya tercium saat ia menggoyangkan kepala mengibaskannya.

Setelah turun dari lantai gedung ruang kantornya hingga pelataran parkir depan, kami berdua terdiam tak berkata apa2. Sampai akhirnya mendekati lobby dan kutanya

- Kita mau makan di mana ? Aku bawa motor, helm hanya satu. Gak mungkin anda saya bonceng ketempat makan.
- Ah, saya naik taxi saja. Kau tau bakso sebelah lapangan yang kumaksud kan ? Kita ketemu di sana ya ?
- Baik, sekarang kutemani anda menunggu taxi ya.
- Ow, nice offer, anda baik sekali. - senyumnya.

Setelah dua mobil taxi terisi antrian di depan kami, Linda mulai naik taxi berikut. Ia tersenyum ramah saat kututup pintu taxi, dan membalas senyumnya.
Sekarang giliranku ke motor bututku, sambil mengenakan jaket coklat masuk kembali ke lobby menuju lift, ke tempat parkir motor di basement.
Sebelum lift menutup, sempat terlihat lift diseberang terbuka, dan terlihat sosok yang kukenal. Mr. Lie!!
segera kutekan tombol buka di liftku, dan langsung ke arah Mr. Lie.

- Mr Lie!! - seruku sambil berlari kecil.
- Ah, how are you ? Linda said you are so bussy and ... -

Sambil menyalamiku, Mr Lie terlihat senang, dan menanyakan kegiatanku yang sibuk hingga sulit sekali dihubungi.
Dengan kututupi rasa heran, aku berbohong tentang pekerjaanku, dengan bercerita berbagai macam upgrade software di server2 yang kutangani. Aku heran dengan kata2 Mr. Lie yang seolah bertolak belakang dengan alasan2 yang diucapkan Linda akhir2 ini. Linda menipuku???
Akhirnya dengan senang hati, aku mendapat kepastian kalau Mr. Lie akan berkenan ke Malang 2 minggu lagi tuk menuntaskan perjanjian investasinya. Dengan senang hati pula kutemani Mr. Lie mununggu sopirnya menjemput, hingga alhirnya mobilnya berbelok meninggalkan area parkir, meninggalkanku.

Dengan berbagai pertanyaan di dalam kepala, mengapa seolah olah Linda membuat jarak antara aku dengan Mr. Lie, aku mengendarai motorku ke arah Jakarta Selatan dengan meliuk-liuk dan berhenti mengantri macetnya jalan Jakarta.

Sesampai di tempat bakso, aku masih harus menunggu di motorku dalam waktu lama menanti kedatangan Linda.

- Hi! - sapanya keluar taxi, saat kubukakan pintunya.
- Kita disitu ya - ajakku ke bangku yang hanya sisa sedikit tuk berdua berhadapan.

Sambil makan bakso besar yang telah dipesan, aku mencuri momen mengamati gerak tubuhnya saat makan. Indah memang, tapi tertutup pertanyaan tentang ulahnya menjauhkanku dengan Mr. Lie. Aku masih belum menceritakan pertemuanku dengan Mr. Lie tadi. sampai akhirnya kedua mangkok kami kosong dan kunyalakan rokokku dalam2.
Linda menatapku sambil bertanya

- Temanku tadi juga hendak kemari, saat kami berbicara di telp saat di taxi.
- Ia hendak bertemu dengan anda, bertanya banyak2 tentang komputer di tempat usahanya yang baru, komputernya sering macet tidak bisa connct ke internet

Ah, kerjaan. Baguslah, money money money.

- Tapi ia belum bisa kemari. Hanya kujanjikan tuk mengantar mas ke tempatnya jika mas berkenan.
- Oh okay, kita bisa ke sana, kuikuti dari belakang ya.

Setelah rokokku habis dan membayar makanan, kami bepergian ke arah kantor kawan Linda.
Ia kembali naik taxi yang dipanggilnya, sementara aku tetap naik motor mengikutinya. Tidak beberapa jauh di Blok A, kebayoran, kita telah memasuki ruang di dalam sebuah cafe yang masih tutup.
Kulihat wanita yang seperti Linda, tinggi kurus berkulit kuning bening, sama cantiknya. Seperti saudara kembar, benar2 sama2 cantik

- Anne - kawan Linda menyalamiku sambil membalas salam kenalku saat kuucapkan namaku.
- Sudah beberapa hr ini aku kerepotan dengan peralatan2 yang baru kupindah kemari. Aku pindahan dari Depok mas, rencana ingin buka usaha di sekitar sini. Jika urusan telah selesai dengan persiapan, kita akan launch bulan depan.
- Kalau mungkin ada yang bisa dibantu dengan kesulitan di bidang komputerisasinya, Anda bisa hubungi saya kapan saja - promosiku sambil neyerahkan kartu nama. Akhirnya kami berbicara masalah komputer beberapa saat kemudian.

Anne memiliki wajah yang lucu saat tersenyum, matanya hilang dibalik kelopak matanya yang sipit itu, sama seperti Linda, Anne memiliki kulit khas timur, Chineses, yang kuning. Betisnya juga sangat indah. Saat berdiri mengambilkan air untuk kami berdua, terlihat pantatnya yang padat berisi, pinggang yang ramping meliuk melewati kemasan kardus kardus di ruang ini.

Setelah beberapa lama kami berbincang, Linda dan Anne berdiri menyalamiku sambil tersenyum cantik saat aku berpamitan, dan berjanji kembali ke cafe milik Anne besok pagi tuk menganalisa komputernya.

Sambil mengendarai motor hingga sampai di kontrakan, aku msh berpikir tentang Mr. Lie dan Linda yang secara tidak langsung menunda pundi pundi uangku bertambah.

---

Esoknya di cafe tempat Anne, aku diajak berkeliling rumah yang bakal menjadi tempat usahanya itu. Kuperhatikan juga foto2 yang terhampar di meja, dipigora dengan rapi. Terlihat Anne bersama seorang laki-laki Chinese juga, sedang berangkulan. Di beberapa lembar yang masih berserak di meja malah terlihat mereka berdua sedang bermesraan dengan pakaian pantai, pakaian mandi ... dan foto setengah telanjang mereka berdua. Anne tanpa bra, hanya dengan segitiga mereka duduk di kursi depan di halaman.
Anne yang didekat meja kantor yang masih berserak, berusaha menyalakan komputer.
Kugeser tempatku berdiri dan ikut menyalakannya, kutanya

- Anne sudah menikah ?
- Ah, menikah ? hehehe - senyumnya

Setelah komputer menyala dan kami bergantian tempat duduk, Anne di meja memperhatikan foto2 yang kubuka-buka tadi di meja. Ia membereskan dan menumpukan di sebuah kerdus lalu berjalan ketempatku. Sambil memperhatikan program2 yang sedang loading di komputer, aku melihat recent document yang terakhir di buka.
Banyak file jpg, avi dan wmv serta html yang dibuka. Saat berhasil koneksi ke internet yang sebelumnya memang rewel karena kabelnya kendor tidak tercolok pas di tempatnya. Anne tersenyum senang, dan sambil meraih mouse ia membuka file spreadsheet excel melihat daftar keperluannya yang sudah pernah disiapkan. Kemudian ia mendownload file2 lampiran lain di akun emailnya.
Setelah selesai menganalisa file2nya dan tersenym puas, sambil menggelung rambutnya, ia menawariku tuk menghabiskan minumku dan menawariku tuk mengambil sendiri di lemari es dekat dapur yang penuh kerdus tadi. Sementara ia sendiri berjalan ke sana dengan gelasnya yang telah kosong.

Saat itu aku iseng membuka file2 extension gambar yang terlihat sekilas tadi, terlihat di layar foto2 indah Anne sedang berpose di depan kamera, dengan gaun putih tipis menyembunyikan tubuh indahnya secara samar2.
Kubuka folder yang menyimpan dokumen tersebut dan ku preview satu2.
Sampai akhirnya terlihat foto Anne berpose sexy, telanjang tertutup kain tipis, telungkup di sofa.
Perlahan kuperhatikan dadanya yang terjepit, pinggulnya yang melengkung indah, betisnya yang indah terangkat dan senyumnya yang cantik.
Foto berikut terlihat ia duduk menatap kamera dengan buah dadanya yang indah tersembul keluar dari kain tipisnya yang dililitkan sekedarnya itu.

- Pretty, isn't ? - terdengar suara Anne dari samping
- Nice shoot, like a pro - sahutku
- He always do the best for that.
- Maksudnya ?
- Ia fotografer, mungkin sekarang masih fotografer. My ex. - sahutnya pendek



Oh, ini hasil karya mantan ? Lalu kugeser ke folder berikut, kuklik file movie wmv di situ.
Media player sekarang memperlihatkan Anne sedang menari meliuk tanpa busana di ruang kamar sebuah hotel.

Kali ini Anne tertawa geli sambil duduk di meja sebelahku, memegang pundakku.

- Jangan kauteruskan, atau kau akan hadapi konsekuensinya. - katanya centil

Kupelototin video filem itu sampai terlihat seorang pria yang kukenal wajahnya. Sering terlihat di majalah atau mungkin di tv. Aku menahan napas dengan apa yang terjadi selanjutnya. Mereka saling memeluk, memagut, tertawa kecil hingga akhirnya berdua telah di tempat tidur, siap hendak melakukan adegan suami istri.

- Mas, suka melihat film seperti ini ? - tanyanya perlahan, tapi tak kugubris, kecuali anggukan kecil

Dengan dimulainya adegan suami istri di monitor itu, terdengar pula erangan Anne dari speaker komputer ditimpali suara pria publik figur itu. Adegan yang syuuur itu membuatku tak berkedip.

- EHH!?!? - aku terkejut.

Terputar tempat dudukku saat Anne menarik sandaran tangan kursi yang kududuki. Aku kini melihat Anne tersenyum. Sambil menggoyangkan gelas, kakinya diangkat, dan jemari kakinya telah berada di pangkal pangkuanku.
Kudiamkan saja beberapa saat kakinya menggoyang pusakaku yang mulai terasa agak kejepit itu.

- C'mon - katanya meraih tanganku di sandaran tangan kursi.

Aku berdiri memutar mengikutinya memutari meja. Kemudian ia berbalik arah menatapku sambil memeluk pinggangku, menarik tubuhku ke arahnya. Kuikutinya sampai ia bersandar di meja dan mendudukinya. Pahanya terbuka dan mempersilahkan tubuhku merapat di tubuhnya yang kemudian tanganku akhirnya bergerak. Aku tak mungkin diam saja.
Kuremas dari depan pinggangnya perlahan ke atas ke dadanya. Kenyal, dan ukurannya lebih besar sedikit dari telapak tanganku, buah di dadanya.
Matanya sedikit tertutup, menambah sipit matanya. bibirnya sedikit terbuka.

- You need this, masss ...- bisiknya mendekapku.

Kutarik maju pantatnya hingga pusakaku menempel pas di bawah perut Anne. Sambil melingkarkan pahanya di pinggangku, Anne perlahan mulai melepaskan kancing bajuku. Aku sedang mencium leher dan melepaskan kancing bajunya berikut bra putihnya saat ia melonggarkan pahanya melepaskan kancing celanaku.

Anne kini telah mengelus elus pusakaku dari luar celana dalam dan merabanya perlahan sambil merintih saat kuremas-remas dengan gemas dadanya.
Rok mininya kini kusingkap ke atas, memperlihatkan pahanya yang kuning mulus dan halus saat kuraba dan kupijit perlahan. Kepalaku telah didadanya menghisap kedua buah dadanya dalam-dalam. Anne terus merintih saat kumelakukannya.

Kini kutarik sedikit celana dalam putih yang dikenakannya, dan kubuka lagi pahanya. Ia sedikit mendorong tubuhnya kebelakang bertopang dengan siku sambil mengangkat kedua lututnya ke atas. Kakinya sekarang terbuka lebar di atas meja, dan segera kulepaskan celana dalamku ke bawah.
Kutempelken kepala pusakaku yang tegang kepangkal pahanya dan memutari area bawah tubuhnya itu sambil kudorong dan kusodokkan ke area2 tertentu. Anne merintih.

- OUGH .... mass ... - katanya

Anne merintih dan terus menatapku sayu dengan mata sipitnya.
Anne membuka mulutnya lebar, menahan nafas sambil mendorong tubuhnya ke arahku. Pusakaku yang sdah siap, langsung masuk dengan segera ke lubang kewanitaan Anne.
Terasa sempit!! Kering!! Alamak!!
Kemudian Anne menggoyangnya.
Tekanan darahku yang sudah naik, memperlancar nadi di pusakaku, mulai terasa hingga ke ubun-ubun. Ku gerakkan maju mundur perlahan, tetapi Anne malah mempercepat gerakannya di depanku.
Anne beringsut maju sediikit dan kini mengangkat kedua kakinya ke bahuku, menjepit kepalaku dan merapatkan pahanya. Ampun dah, beberapa menit bergoyang dalam posisi demikian, aku langsung mengeluarkan cairanku di dalam lubang milik Anne.
Anne kali ini menggoyangkan dengan lambat tubuhnya mengikuti nafasku yang mulai perlahan menurun temponya.
Anne yang tersengal dan terengah menatapku

- So ? how was it ? Gimana enaknya ? - sambil tersenyum, Kemudian mencium bibirku.

Aku diam saja, tetap tersenyum, puas karena mencapai yang kumau dari tadi, tetapi tetap merasa sedikit gak nyaman kalo mencapainya sendiri. Tetapi Anne telah turun dari meja, berdiri lalu berjalan merapikan pakaiannya, ke dapur.
Datang membawa gelas kosong dan dua botol minuman suplemen, ia meletakannya di meja sambil memperhatikanku mengenakan celana.

- Please, buat dirimu senyaman mungkin, minumlah, kau membutuhkannya mas
- Yeah, terima kasih.
- Tell me, mas. Kau sudah menikah atau punya kekasih ?
- Belum.
- Bagus, berarti mas bisa menemaniku malam ini kan ? How about that ?
- Ah, tapi dengan apa yang sudah tadi barusan ...
- Hihihi. Ayolah, mas kan yang menginginkannya tadi. Aku hanya membantu mas saja tuk mencapainya.
- Apalagi mas belum beristri kan ? Sayang kalau dibuang ke sembarang tempat. - sambungnya

Aku dirangkul dari belakang di kursiku, sambil perlahan dia berkata

- Berarti mas punya hutang padaku malam ni. - kemudian diciumnya pipiku, sambil mengelus dadaku.
- Hem, Anne, engkau cantik, menarik, dari ras yang beda denganku. Kenapa ...

Belum selesai ucapanku, ia sudah menutup mulutku dengan bibirnya.
Kami berpelukan dan saling memagut, ada rasa suka kami melakukan ini beberapa saat.
Sesekali ia menceritakan dirinya yang kini sendirian, tanpa status jelas sejak ditinggal kekasihnya.
keluarganya tidak mengakuinya lagi sejak bersama laki2 itu. Anne merasa lebih sendiri setelah ditingggal lelakinya sekarang. Ia malu tuk kembali ke keluarganya.

Cerita punya cerita, sampai saatnya aku musti pamit, kukatakan tuk harus pergi ke tempat pelanggan lain.

- Jam 9 malam sudah di sini ya - Anne mengingatkanku atas date malem ini.

Kubalas sambil menarik kepalanya mendekat, mencium bibirnya.
Akhirnya,
Sambil mendorong keluar motorku, aku mengetahui bakal ada aktifitas baru malam ni. Sedikit senang ? Yah begitulah, sebenarnya aku juga menginginkan kekasih, tetapi bukan mantan someone seperti ini. senang ? Yup aku senang, karena wanita ini cantik, menarik, dan ****** Ditambah pengalaman sex nya, sepertinya aku memang sedang membutuhkannya.

-------

Siang itu, Linda menelponku saat aku di toko alat2 komputer mencari spare part pesanan pelangganku kemarin.

- Mas sudah bertemu Mr. Lie kemaren ya ? Why didn't you tell me mas ?
- Why should I ? Kan Linda nanti tahu sendiri - jawabku
- Yeah, tapi aku tidak suka mas tidak cerita. Sekarang aku tidak ingin menjadikan usaha bisnis kalian berdua berhasil
- Apa maksudmu ? - tanyaku heran.
- Kita kan belum bicara komisi pribadi mas, aku tau mas bakal menerima berapa persen dari nilai perjanjian.
- Loh, kan gak ada hubungannya dengan komisi pribadimu, Linda.
- Oooh jangan dikira aku tak tertarik uang juga mas.
- Baik, baik. kita bicarakan ini pelahan dan santai. 2 minggu lagi kami akan ke Malang ...
- Dan aku bisa membatalkannya mas. Aku bisa saja bilang macam2 dengan Mr. Lie untuk membatalkannya.

Huaduh!! Dengan heran dan terkejut mendengar penjelasannya barusan, aku mulai berpikir tuk mencari tempat berbicara berdua dengan Linda. Harus ada negosiasi baru sepertinya nih.
Setelah menyebutkan tempat dan jamnya, Linda mentup telp. Melirik jamku dan memperkirakan jarak tempuh dan lama perjalanan. Dengan kesal kubayar pesananku tanpa menawar di toko itu, aku harus bergegas ke tempat parkir motorku.

Di tempat yang dijanjikan, di lobby hotel itu aku sudah melihat postur tubuh Linda yang duduk sedang mengamati laptopnya.

- Linda ... - sapaku di dekatnya

Ia tersenyum, mengulurkan tangan menjabatku, lalu mempersilakanku duduk di sebelahnya.
Sambil sedikit memutar duduknya ke arahku, Ia perlahan berbicara

- Uangmu bakal banyak nanti mas, aku menginginkannya sebagian - katanya tanpa malu-malu dan basa basi.
- Tapi Linda, kita berbicara uang yang tidak seditkit bagi saya. Saya tidak bisa berpikir dan berbicara di sini melihat dan terlihat orang. Kita carilah tempat yang sedikit private. Di cafe dalam mungkin ?
- Baik.

Sesampai di ruang cafe yang masih sepi itu, Linda menjelaskan posisinya sebagai maskot Mr. Lie
Ia diperlakukan sebagai anak sendiri, tidak tersentuh perbuatan kotor senonoh sebagai jimat keberuntungan Mr. Lie. Linda juga menceritakan kalau sejak remaja dirawat dan dijaga dari berbagai macam gangguan agar mampu menjaga bisnis Mr Lie secara spiritual. Linda menginginkan sebagian dari bagianku nanti. Sedikit lemas juga aku mendengarnya, mengingat bagian jerih payahku bakal berkurang

Tiba2 terdengar suara gaduh memasuki cafe saat beberapa anak muda dan anak kecil berseragam datang, membuat sedikit gaduh di cafe tersebut. Kemudian datang lagi beberapa Ibu guru membawa tas mereka mencari meja yang tiba2 terasa penuh itu.

Aku menatap sekeliling dan bertanya ke Linda
- Apa sebaiknya kita pindah tempat, ke cafe di seberamg jalan ?
- Tidak usahlah kita ke sana. Kalau mas lebih komfort negosiasi di kamarku, ayo kita ke atas. - ujarnya sambil menjinjing laptop.

kamarnya ? Linda tinggal di sinikah ? Sambil bertanya dalam hati aku mengikutinya ke dalam lift. Ia membawa tasnya seperti biasa, mengenakan sepatu hak tingginya. Mana mungkin tinggal di sini ?

- Yeah, aku ada tempat menginap di sini, bisa saja kutagihkan ke Mr. Lie saat aku ingin sendiri.

Memasuki kamarnya di lantai atas gedung ini, aku melihat kamarnya memang berisi beberapa barang yang berserakan di tempat tidur. Baju kerja, baju tidur, celana dalam, dan sebagainya serta macam2 kertas di situ. Ditariknya kursi dekat meja, dia duduk sambil memepersilakanku duduk.

- Aku ingin sebagian uangmu, engkau sanggup berapa memberiku ? - tanyanya tanpa basa basi.
- Apa resikonya jika engkau tidak mencapai yang kau mau - tanyaku memastikan
- Engkau tidak bakal menerima sesenpun - senyumnya
- Sebetulnya, apa yang Mr Lie inginkan dari kehadiran dan keberadaanmu Linda ?
- Sebagai Maskotnya, itu yang utama. Selanjutnya keahlianku bernegosiasi yang dibutuhkannya
- Engkau sudah memiliki apa yang kau mau. Hanya tinggal meminta dari Mr lie kan ? - tanyaku penuh selidik.
- Yaaah, aku sekarang ingin mengutip bagian dari negosiasi Mr. Lie. Hitung2 sebagai upahku. Bukan pemberian Mr. Lie.
- Mau minum ? - sambungnya sambil berdiri, yang kuikuti berdiri memberinya jalan.

Sesaat sampai di depanku, tanpa pikir panjang lagi kudorong Linda ke tempat tidur lebar yang penuh baju berserakan itu.

- AAAH!! APA MAKSUDMU ?! - serunya

Kutarik kaki kirinya dari pinggir tempat tidur, dan kuangkat ke atas.
Dengan kedua tanganku kuputar pergelangan kakinya memaksa ia telungkup jika tidak ingin patah kakinya.

- MAS!! KURANG AJAR!! APA APA AN INI !!

Kali ini kunaiki tempat tidur dan kududuki tubuhnya dibagian pantat. Kugeser maju dudukku di bagian panggulnya, kutarik tangan kanannya yang berusaha menopang tubuhnya. Kuputar sedikit pergelangan tangannya dan kutempelkan di punggungnya.

- MAASS!! - Linda mulai gemetar suaranya
- TOL ... AHH!! - teriakan minta tolongnya berhenti saat kudorong ke atas tangannya. tambah terpuntir bahu dan sikunya.
- AWW!! - rintihnya ngilu.

Kutindih tangannya dengan lututku.
Kali ini siku tangan kirinya kutarik dan kupuntir kebelakang tubuhnya. Kedua tangannya di punggungnya sekarang.

- mass ... what r u doing ? ... - tanyanya lirih menahan sakit.
- awas, kubatalkan bisnismu mas. AWW!! - rintihnya
- Aku mungkin merelakan tidak mendapat apa2 dari bisnis yang mungkin gagal ini. tapi aku ingin sesuatu, Linda

Kuraih stoking panjang hitam di tempat tidur, kuikatkan ke kedua tangan Linda.

- Hentikan mas... kita bicara baik2 saja ... -
- AW!! pekiknya saat kukencangkan ikatannya.
- DIAM!! - perintahku

Kuputar dudukku, menghadap kaki, ke arah bawah tubuhnya, kuambil kaki kanannya dan kuikat pergelangannya dengan sabuk selendang kain hijau di tempat tidur. kuambil pergelangan kaki satunya dan kuikat dengan stocking coklat tipis dari tempat tidur. Kali ini aku berdiri di samping tempat tidur sambil menarik stocking kain hijau itu, lalu kuikatkan di kaki tempat tidur. Kuambil dua celana dalam tipis di atas tempat tidur dan kusumpal ke mulutnya, saat ia mulutnya terbuka kesakitan, kala tangannya lebih tertelikung, karena kupuntir ke belakang punggung.

- MMM !!! - ujarnya tak jelas.

Kutarik stocking coklat yang mengikat kaki kirinya, ia berguling terlentang sekarang. Kutarik kerah bajunya dan kududukan Linda di hadapanku. Terlihat matanya mulai basah, sebentar lagi pasti menetes ke bawah. Matanya yang sipit mulai terbelalak, ketakutan. Ia gemetar saat kutarik kedua kerah bajunya, membuka dengan paksa. Terlepas semua kancing atas bajunya, terlihat pakain dalam lingerie hitam tipis dan terbentang di depanku buah dada Linda terlindung lingerie hitam tanpa tertutup bra.
Seketika Linda bergoyang berusaha melepaskan diri, kali ini malah terjengkang telentang ke belakang,

- MMMMM!!! MMMM!!! MMMM!!! - Linda masih berusaha bersuara
- Diam! - perlahan dengan suara berat kodorongkan mukaku mendekati wajahnya.

Kuremas kedua buah dada di balik pakaian dalam hitam itu dengan kedua tanganku.
Terpejam matanya dan mengeluarkan air mata, Linda mulai menangis. tubuhnya berhenti bergoyang dan meronta.
Kuberdiri dan melepaskan celanaku bersama celana dalamku. Langsung kudekatkan pusakaku ke wajahnya. Linda mengerutkan kening dan tetap memejamkan matanya.

- Ini nanti yang akan bernegosiasi dengamu, Linda. - kataku pelan dan kuberatkan suaraku.

Dengan tangan kiri kuturunkan tali lingerie hitam dari kedua bahunya, menyembulkan keindahan ranum dua buah dadanya dan kuremas remas.

- MMM!! - kembali Linda bersuara lagi, dan kembali menangis

Dengan mudah aku sekarang duduk di tepi tempat tidur dekat pahanya, mengangkat ke atas rok bawahnnya memperlihatkan pangkal pahanya terbungkus lingerie hitamnya dan celana dalam hitam. Linda gemetar tubuhnya menangis.
Kutarik ke bawah pelan-pelan celana dalam itu, yang dilawan dengan geliatan tubuhnya. Tak berdaya, Linda diam tak bergerak saat celananya sudah di pergelangan salah satu kakinya. Kunaik dan kutindih badannya, di atas perutnya. Linda meronta dan bergoyang tak berdaya.

Pusakaku yang belum bisa berdiri tegang, mulai kudekatkan ke buah dadanya. Dengan kujepit kedua buah di dadanya mengapit pusakaku, aku merasakan tegang dan kenyal di dadanya menggesek pusakaku. Linda memalingkan wajahnya sambil tetap menangis.
Lama sekali kugesek-gesekan dalam jepitan dadanya, hingga belahan dada putih Linda mulai bersemu merah menjepit pusakaku. Kupercepat gesekannya hingga merasa sedikit nikmat, yang akhirnya aku bergerak ke tubuh bawahnya sekarang.

Aku mulai memperhatikan mahkota kehormatan Linda yang terancam. Indah tertutup bulu halus yang tersisir alami menuju ke bawah, ke pangkalnya. Kuangkat kakinya satu dan kuletakkan ke atas bahuku. Terasa sekali tenaga Linda masih berusaha melawan usahaku. Kududuki lutut kakinya, kumulai maju pelan-pelan, hingga kini aku duduk di salah satu pahanya yang kududuki.

Sambil mendekap kakinya ke badanku dengan satu tanganku, kucoba meraba mahkota indah Linda dengan tangan satunya. Kubuka dengan jariku dan berusaha mencari lubang utamanya. Linda menangis, miring telungkup sekarang, meronta-ronta dengan tubuh bawahnya yang miring, satu kaki tertindih pantatku, satu kakinya di bahuku.

Linda mengejang dan mengerang saat jariku mencoba masuk ke lubang itu. Masih kering.

- WMM!! - Linda menjerit tertahan, memalingkan wajahnya, melotot ketakutan padaku.

Segera kuludahi tanganku itu banyak2 dan kuoleskan ke pusakaku sambil mengurutnya perlahan. Lama kelamaan tambah tegang penuh dia sekarang. Lalu gantian kuusap-usap mahkota Linda, berirama kiri kanan, naik turun, dan kuputar-putar.

Kucoba sekarang menyiapkan posisi kepala pusakaku. Kudorong pelan. Sedikit masuknya. Hanya ujung atasnya yang bisa. Sempit!! Linda kembali meronta tambah keras goyangannya. Kupaksa lagi, kudorong pelahan tapi pasti. Otot paha Linda ikut mengeras, lalu kupeluk erat2 dengan segera.

- MMMM!!! MMMM!!!! - teriakan Linda terendam kain di mulutnya, diiringi isak tangis.

Kudorong lagi, lagi, lagi dan lagi, hingga kepalanya kini telah masuk semua.
Berdenyut kurasakan pijatan di leher pusakaku, kutarik lepas perlahan. Kemudian kuulangi memasukkannya hingga terasa berdenyut lagi pusakaku dipijatnya. sensasi yang luar biaasa.
Kali ini kutekan perlahan sedikit demi sedikit hingga setengah pusakaku masuk kedalam. Linda masih menangis, bergoyang, memalingkan wajahnya ke bawah, ke sprei. Kutarik dan kudorong bergantian tubuhku berirama.
Kunikmati sambil terus berirama mendorong maju mundur pusakaku. Keluar masuk, maju mundur pusakaku mengoyak mahkota Linda.

- HHMMMMM!!! MMMM!! HHMMM!! - terus menerus ia berteriak dalam sumpalan kainnya
- Gimana rasanya, Linda ?

Kali ini kuputar tubuhnya, kuraih ikatan tangannya dan kutarik hingga Linda menungging.
Pusakaku yang terlepas, kubenamkan lagi kedalam lubangnya sambil meremas pantat dan menarik ikatan tangannya.
AH!! sensasi yang nikmat.
Kupercepat gerakanku maju mundur hingga terasa sekali, nafasku berlari mengejar kecepatan gerakanku. Terasa sempit lubang Linda, dan erangan tangis yang tak jelas itu membuatku merasa melayang.
Peluh telah banyak turun di tubuhku, kubuka bajuku, kulirik Linda juga telah berkeringat, keringat dingin mungkin.
Beberapa saat berselang, kupercepat ayunanku maju mundur dengan sangat-sangat cepat. Kemudian ...

- AAARGHHHH!! - seruku mengungkapkan kepuasanku.

Sangat nikmat ujung pencapaianku saat kesemburkan cairanku ke dalam lubangnya, kubenamkan dalam-dalam di pangkal pahanya, di dalam lubang yang kupaksa masuk tadi.

Saat kulepaskan tanganku, tubuh Linda jatuh ke depan telungkup di tempat tidur masih menangis. Terlepas pusakaku dari lubangnya dan terlihat jelas warna campuran putih dan sedikit cairan merah di sekeliling pusakaku. Ku membungkuk dan membuka lubang pangkal Linda, terlihat juga ada cairan putih mulai menetes keluar dibarengi sedikit warna merah membasahi pangkal pahanya. Kuoleskan sedikit ke jariku meraupnya, dan kudekati wajah Linda. Sedikit terpicing membuka mata sipitnya, segera kuoleskan cairan tadi ke hidung dan mulutnya. Linda mengeleng lemah, terus menerus menangis. Sampai kudekatkan mulutku ke pipinya sambil berucap.

- Kalau kau diam, tidak berteriak, dan bersuara kecuali kutanya, sumpalan di mulutmu akan kulepas.
- Setuju ? Janji Diam. Diam ya ...

Perlahan ia mengangguk dan berusaha menahan tangisnya.
Kutarik keluar celana dalam sumpalan mulutnya dengan cepat dan sedikit kasar, sambil kuangkat telunjukku yang berlendir..

- Ingat janjimu yah.

Kali ini kubiarkan ia tergolek di tempat tidur sementara aku meraih handuk dan membersihkan perutku sampai kaki, sambil menyalakan tv. Kubesarkan volumenya pada musik mtv chanel, aku melilitkan handuk ke pinggangku lalu duduk di kursi menghadap tempat tidur. Sekaleng beer di meja kubuka dan kuperhatikan Linda yang kini terisak perlahan, menatapku memelas.

- Diam di situ. - perintahku pelan dengan suara berat.

5 atau 6 lagu kunikmati sambil minum dan merokok di ruangan itu, aku kembali mendekati Linda kembali.
Ia diam, sambil sesenggukan tetap menangis.
Kulepaskan ikatan tangannya sambil berkata.

- Kali ini kulepaskan tanganmu, engkau sudah tak memiliki apa yang jadi kebanggaanmu.
- Sekarang kau ikuti kemauanku, atau kembali kau kusakiti tambah parah.

Linda mulai terduduk di samping tempat tidur, merapatkan kedua pahanya perlahan, menutupi buah di dadanya dengan tangannya yang sudah bebas sekarang, membungkukkan badannya ke depan, mengenakan pakaian dalam hitamnya dan mulai menangis tak bersuara.
Kulit tubuhnya bagus, terlihat terawat, buah dadanya tersembul di sampingnya. pahanya putih, betisnya bagus, membuatku ingin duduk di sebelahnya.
Kuberdiri, duduk di sebelahnya, mengusap kulit punggungnya yang tertutup lingerie lagi itu.
Kumasukan tanganku ke balik pakaian dalam itu.
Perlahan semua kulitnya kujamah, kurasakan haluuuusnya di tanganku.
Kubuka lagi bajuku sekarang. Kuturunkan tali pakaian dalam hitamnya dari bahunya sekali lagi, dan turun tertahan di sikunya.
Kupeluk badannya dari belakang, kutarik ke arahku. Ia memiringkan badan ke arahku. Ku raba punggungnya ke atas, ke leher dan kuraih rambut coklatnya. Dengan sedikit tenaga kuarahkan kepalanya kepangkuanku. Tangannya masih mengatup rapat di depan dadanya. Kutarik handukku ke atas, menyingkap pahaku, kemudian perlahan kutemukan pusakaku dengan wajahnya. Kuusap dan kusisir rambutnya kebelakang. Matanya terpejam.
Kusisir rambut coklat di wajahnya, sambil perlahan kutempelkan pusakaku ke mulutnya. Kulirik matanya sedikit terbuka, tapi Linda seolah pasrah dengan apa yang kuinginkan. Dengan kedua tanganku, perlahan berhasil membuka mulutnya dan memasukkan pusakaku ke dalamnya.

- Hisap, dan jilat ... - pintaku sambil membenamkan pusakaku pada wajahnya dengan kedua tanganku.

Kembali Linda bergoyang menangis tak bersuara. Terasa sedikit geli ketika mulut Linda mulai mengulum pusakaku.
Diiringi dengan gerakanku mengayunkan membenamkan ke mulutnya, tanganku mulai mengangkat tangan Linda, meraih buah dadanya yang tak terlindungi, dan meremasnya dengan perlahan. kuremas keduanya bergantian.

- Pegang Linda, pijit, urut perlahan.

Linda mulai menyentuh pusakaku dengan tangannya,
Ia mulai memijitnya perlahan, takut menyakitiku. Mengulum pusaka lelaki memang serasa belum pernah dilakukan Linda, sehingga terasa geli juga aku dibuatnya. Tapi itu juga yang membuatku senang.
Kali ini kuajarkan kepalanya naik turun membenamkan pusakaku ke mulutnya dan menariknya. Perlahan tapi pasti Linda mulai mengerti yang kumau.
Sekarang kuremas lagi buah dadanya perlahan.
Selang berberapa saat, tanganku mulai turun kebawah, dan mencoba membuka pangkal pahanya. Semula Linda menahannya, tapi saat kukerahkan sebagian kecil tenagaku, Linda mulai menurut. Kakinya satu telah terangkat di atas tempat tidur. Pakaian dalam hitamnya kembali kusingkapkan, pahanya terbuka lebar.
Dari belakang punggungnya tanganku mulai meremas pantatnya.
Dan tanganku yang masih memegang kepalanya, mulai meremas dadanya.
Dari belakang, pantatnya, tanganku mulai maju meraba pangkal bawah tubuh Linda.
Pelahan tapi pasti kuusap kemaluannya dari belakang. Linda mulai menggoyang pahanya yang berdiri di tempat tidur itu.
Kulakukan perbuatan itu beberapa saat,
Akhirnya kurebahkan Linda, dan aku bergerak diatasnya. Kepalaku mengarah ke bawah tubuh Linda. Dengan membungkuk kubelah kedua pahanya. Kakiku kuangkat satu, melewati kepalanya.
Pusakaku kuarahkan ke mulutnya lagi. Linda mengerti dan meneruskan tugas yang sebelumnya, dengan masih berlinang air mata.
Kujilati seluruh pangkal bawah tubuh Linda sekarang. Kunikmati pemandangan yang sedikit berlendir itu dengan jari-jari tanganku. Kuhisap daging kecil di dalam kemaluan Linda. Linda berhenti sesaat.
Kemudian meneruskan kegiatannya lagi saat kujilati sekeliling daging kecil itu.
Saat lidahku mulai cepat bergerak berkeliling sambil menghisapnya, Linda seketika menghentikan tugasnya.
Linda tetap diam saat tanganku mulai perlahan membuka lubang utamanya.
Saat kuputar jemariku, Linda mulai bergoyang pahanya. mengelinjang sebentar, kemudian diam.
Kuteruskan jemariku bermain, Linda kambali bergoyang. Kunaikan pantat dan kugerakkan naik turun pusakaku ke mulutnya yang mulai berhenti mengulum. Linda telah berhenti mengulum tapi tetap membukakan mulutnya untukku.
Tubuhnya sekarang bergoyang, pangkal pahanya mulai bergerak memutar dan bergoyang.
Beberapa saat berlalu.
Kuturunkan tubuhku dari tempat tidur menghentikan aktifitasku sebentar. Terlihat Linda terengah engah terlentang di tempat tidur.
Sedikit berjongkok aku mendekati pangkal paha Linda, kubuka perlahan dan kusodorkan pusakaku ke arah lubangnya.
Kutarik ke atas kedua pergelangan kakinya dan kubuka lebar lebar pahanya, Linda mulai menutupkan muka dan mulutnya dengan keuda tangannya. Matanya terpejam, mengerutkan alis, memperkirakan sesuatu yang bakal terjadi.
Kumulai memasukann pusakaku ke lubang yang terlihat jelas itu.

- IIIGGHHH!! ssaakiiit ... - Kali ini Linda mulai bersuara.

Tangannya langsung terlentang membuka meremas sprei di kedua sisinya.
Kudorong hingga masuk pusakaku, masih sempit lubang yang kurasakan, dan sedikit berdenyut memijat pusakaku di dalamnya.
Mulailah kupompa batang pusakaku ke lubang indah di bawah Lindah.

- Ighh!! IGH!! Igh!!! - kali ini terdengar lagi suara Linda

Kupercepat gerakan pompaku ke depan mendorong dan menarik pusakaku di situ, terlihat Linda mulai mengangkat tangannya kesamping kepalanya, meremas seprei bantal. Matanya terpejam, kepalanya terkulai kesamping sambil membuka mulutnya, mengeluarkan suara yang membuatku melayang.

Kuangkat kakinya dan kuletakkan lututku di atas dipan, badanku menindih Linda yang sekarang mulai dibawahku, terlipat tubuhnya, karena kakinya diatas menahan tubuhku. terus kubenamkan dan kutarik dengan cepat gerakanku, membuat Linda sekarang mulai ikut bergoyang. Entah Linda menikmatinya atau tidak, tapi aku sedang menikmatinya.
Terus tambah kupercepat gerakanku.
Sesaat berlangsung,
Linda terus berteriak

- AAEGH!! AARHH!! ARHHH!!

Kubuat nyaman posisi kami dengan menarik bantal dan mengganjalnya di bawah pantat Linda,
kutekan lagi pusakaku ke bawah, dan menariknya dengan cepat, menikmati gesekan lubang pangkal paha Linda yang sempit.
Aku mulai merasakan kedatangan nikmatku yang semakin dekat. Kupercepat lagi gerakanku. Aku ingin menyambutnya lagi.
Kupercepat iramanya, seperti sedang berlari.
Semakin cepat ...

- AAARRHHHH!!! - teriakan panjang Linda terdengar

Badannya bergoyang, menggelinjang, pahanya dan lututnya mengejang. Kepalanya sedikit mengangguk angguk, Dadanya yang kuremas bergetar ...

Tak lama, sesaat setelah itu aku merasakan nikmat yang datang di tubuhku. Cairan di pusakaku membanjiri lubang sempit Linda di dalam, sementara getaran dan goyangan cepat ku di pangkal paha Linda mulai berhenti.
Kutarik perlahan dan kurebahkan tubuhku di sampingnya sambil merangkulnya.
Kukecup perlahan keningnya. Kubelai dengan lembut rambut dan kepalanya. Kurapatkan tubuhnya ke arahku.

Lama Linda diam tak bergerak dalam rangkulan dan dekapanku.
Saat kutindih lagi, Linda membuka matanya yang sipit di saat sayu begitu. Dengan perlahan kuingatkan

- Engkau masih jadi kepercaayaan Mr. Lie, selama engkau menuruti kemauanku.
- Aku tidak akan menceritakan ini semua ke dia, yang bisa membuatnya sangat kecewa, Linda.
- Sekarang kau yang mengikuti keinginanku.
- Sekarang ni kau siapkan keperluan Mr. Lie berangkat ke Malang tuk 2 minggu lagi.
- Tak ada yang dapat menundanya lagi. Nanti kuberi tahu Kamila di Malang, tanggal pertemuannya, setelah kau selesai booking tiket perjalanan kami. Kali ini aku tidak ingin mengeluarkan biaya lagi Linda. Kau yang mengurusnya.
- Pilihkan aku pesawat ke Surabaya dan hotel di sana semalam, sebelum aku berangkat ke Malang.

Kuberanjak ke kamar mandi membersihkan badan.
Selesai merapikan pakaianku dan duduk sebentar di kursi di hadapan Linda, kuberatkan suaraku mengucapkan

- Ingat, kau ikuti semua kemauanku, atau kau akan kehilangan semua yang pernah kau dapat dari Mr. Lie.
- Sekarang pesankan aku tiket tuk 2 minggu lagi.. Online lewat internet aja, biar cepat.

Sambil menghisap rokok dalam2 bersandar di kursi, kunikmati pemandangan indah terbaring di tempat tidur. Perlahan ia beranjak ke pinggir, berdiri dan mengusap badan dan mukanya dengan sarung bantal yang tertarik lepas tadi. Merapikan lingerie hitamnya, berjalan ke kursi dan duduk kemudian membuka laptopnya.




- Sudah mas - katanya lirih.



- Permisi ... - ujarnya lemah.

Linda kemudian berdiri, berjalan memutar meja sambil meraih handuk di lantai, dan melingkarkannya di tubuhnya.

Linda akhirnya membersihkan dirinya di kamar mandi dengan pintu terbuka.
Kuperhatikan sebentar saat melintasi kamar mandi menuju pintu kamar, aku mengamati tubuhnya yang kuning, ketat, matang, dan ranum buah di dadanya, bergetar menangis tak bersuara meringkuk dalam bathup kamar mandi, bersiram air hangat dari atas pancuran.

Aku membuka pintu kamar, keluar dan menutupnya di belakangku, berjalan tegak ke arah lift ...
Senang hatiku, 2 Minggu lagi aku bakal ke Surabaya, lalu ke Malang.
Ah, bakal tak terasa menunggu 2 minggu, jika aku ditemani Anne atau Linda bergantian tiap hari dan malamnya.


Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Posting Komentar

Related Post